Sinopsis
Sinopsis Novel “Ayah” Karya Andrea Hirata
Oleh : Ridwan Taufiq
Mengawali cerita dengan tokoh Sabari.
Dia sebagai tokoh ayah, hidup di sebuah desa bernama Belantik, Tanjung Pandan,
Belitung. Dia sedang merana, sedih, kesepian karena ditinggalkan kedua cintanya,
Marlena istrinya dan zorro (Amiru) anaknya. Di bawah Purnama Kedua Belas yang
terang benderang, Sabari kini ditemani seekor kucing dan sebilah pensil yang
digenggam erat. Walau di luar sana dua sahabatnya, Ukun dan Tamat, yang
senantiasa setia menemani kesendiriannya.
Dikisahkan awal pertemuan Sabari dengan
kekasihnya, Marlena. Cintanya yang tidak bisa tergantikan, walau bertepuk
sebelah tangan, dan tetap menjadi momen indah dalam usaha mendapatkan cintanya
sampai ke pelaminan dan menghasilkan buah hati yang menjadi dambaan cintanya
yang kedua, yaitu Zorro/Amiru. Walau pada akhirnya mereka berpisah, namun zorro
menjadi bambaan cintanya yang tidak bisa dipisahkan. Setelah terpisah dari
anaknya, karena tuntutan asuh bagi istrinya secara hukum, dari sanalah
penderitaan Sabari di mulai. Dalam cerita berikutnya, zorro tinggal bersama Marlena dan Amirza ayah tirinya,
setelah dengan dua ayah tiri lainnya yang pernah menikah dengan Marelana;
Manikam dan Jon Pijareli.
Delapan bulan Sabari didera cambuk
kesedihan; diterpa badai kepedihan; diterkam buaian mimpi dan harapan.
Orang-orang melihat Sabari telah linglung, gila, dan menjadi gelandangan
pasar. Banyak keanehan yang
dilakukannya. Saat menemukan layang-layang putus, ia sambung-sambung talinya
sampai panjang, ditulisnya disecarik kertas Zorro,
pulanglah, Ayah menunggumu, lalu dinaikan layangan itu diulur dan ia
lepaskan. Saat lain seorang nelayan
menemukan Penyu, ia memintanya; ia tahu penyu lebih lama hidup daripada manusia
dan suka menjelajah lintas samudera, ditulisnya dalam lempeng aluminium dengan
bahasa inggris semampunya, diikatkan dengan tali di kaki dan dilepaskannya ke
lautan. Banyak lagi keanehan lainnya. Kini hidupnya dari belai kasihan
orang-orang di pasar.
Ukun dan Tamat senantiasa setia menemani dan
memperhatikan nasib sahabatnya itu. Setelah berfikir tiga jam di sebuah warung
solider, mereka bertekad mencari Zorro dan Lena menjelajah pulau Sumatera dan
membawa ke belitong ke hadapan Sabari. Dalam pencariannya di berbagai tempat,
banyak mengendong cerita lucu dan mengagetkan. Mulai dari persiapannya membuat
Surat Kelakuan Baik, Kartu Keluarga, surat wasiat untuk keluarganya jika
akhirnya mereka harus kehabisan nyawa di perjalanan. Perjumpaannya dengan
setiap orang yang tak dikenal, dan dalam genggaman mereka berdua tak lepas dari
buku Kamus Bahasa Indonesia agar berbicara dengan baik dan benar. Mereka
lakukan atas saran Bu Norma, guru Bahasa Indonesia di SMA-nya, saat
pemberangkatan.
Akhir cerita – Purnama Kedua Belas,
Ukun dan Tamat, setelah berhari-hari dalam pengembaraan, berhasil mendatangkan
Marlena dan Zorro ke hadapan Sabari. Semangat hidupnya kembali muncul. Sabari
kembali menjadi manusia normal dalam pandangan orang-orang. Marlena pun
mengizinkan Zorro untuk tinggal bersama Sabari. Kebahagian mulai menyelimuti
hari-hari bersama anaknya walau tanpa Marlena. Amazing, kebahagian bertambah, karena gara-gara seekor penyu tempo
waktu, membawa perkenalan Amiru & Sabari sekeluarga dengan Brother Niel
Wuruninga dan Larissa sekeluarga. Manusia dari pulau tetangga, Australia, itu
yang menemukan dan membalas surat yang dibawa seekor penyu itu. Orang-orang
sekampung geger, rumah sabari ramai saat dikunjungi orang asing luar negara
yang pertama mengunjungi kampung Belantik.
Bagi Sabari, Marlena tetap menjadi
dambaan kerinduannya setiap denyut nadinya, detang jantungnya, hingga pada
titik dadanya sulit bernafas. Hanya dengan sebilah pensil yang ada dalam
pelukan dan genggamannya yang setia menemani tidurnya. Bagi Sabari, hanya
dengan Marlena, dia pernah menikah untuk yang kali pertama dan terakhirnya.
Kemudian selama pernikahannya, bagi Sabari, hanya empat kali berjumpa Marlena. Sungguhpun demikian, tetapi
ia tetap mencintainya hingga akhir hayatnya di pertengahan 2013. Di pusara
makamnya tertulis puisi Biarkan aku mati
dalam keharuman cintamu.
Setelah kematian Markoni, ayahnya,
Marlena sudah mulai sakit-sakitan – penggalan kisah Amiru dan Amirza serta
Marlena dalam masa terbaring merasakan sakit, diceritakan di awal novel ini.
Marlena meninggal di akhir tahun 2014. Amiru merasa kaget di akhir hidup
ibunya; Marlena meminta kepada Amiru untuk dimakamkan di dekat Sabari dan
menuliskan di pusara makam, di bawah namanya, sebuah tulisan yang pernah
didengar ayahnya memanggil ibunya, Purnama
Kedua Belas.
Komentar
Posting Komentar