Puisi



Seorang Lelaki Dan Sepasang Cecak

Hujan fana memecah sunyi,
tik tok jarum jam berkuasa.
Tiga tubuh terbaring lelap,
sedari, terbawa ritmis.
Lelaki muda menuju pandang penuh kasih,
selimut kusut menerpa dirapikan.
Mengecup kening tertiup hangat doa tulus,
beranjak berwudhu tuk bersimpuh.

Selepas, kembali memikul beban di kelas,
berhelai-helai bertumpuk siap disentuh,
menagih janji.
Kemudian menengadah,
nampak sepasang cecak berdecak
kagum menanti santap malam menemani,
dan sepertinya, kerap setia  menjadi saksi.

Detik berselang, air jahe gula merah mendekat,
sang istri berbalik menghangatkan kedua buah yang sedari
lelap diterkam mimpi.

Diseruputnya, ketulusan menjalar
menyentuh kembali lembaran,
larut, lama, usai.

Jarum berdetak merasa kencang,
malam pekat.
Di ujung telinga, hingar ronda berkesiap
bersama sekawanan angin perlahan bersilir membelai sejuk.
Bintang kecil mengantri berganti mengedip,
rembulan masih redup.
Ia beranjak, menampung mimpi berempat,
berdoa, mengatup mata, tertidur.

15/03/2016

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puisi

Review Buku

Resensi Buku