Proposal Penelitian Skripsi
PEMBELAJARAN
MENULIS CERITA
PENDEK
BERTOLAK DARI PERISTIWA YANG PERNAH DIALAMI DENGAN
MENGGUNAKAN METODE QUANTUM WRITING
PADA SISWA
KELAS IX SMP MUHAMMADIYAH 6
KABUPATEN
BANDUNG
TAHUN
PELAJARAN 2017/2018
PROPOSAL PENELITIAN
disusun untuk memenuhi
syarat dalam mengikuti seminar proposal
oleh
RIDWAN TAUFIQ
NIM 16210097
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN BAHSA DAN
SASTRA INDONESIA
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN
DAN ILMU PENDIDIKAN SILIWANGI
BANDUNG
2017
A.
Judul
“Pembelajaran
Menulis Cerita Pendek Bertolak dari Peristiwa yang Pernah Dialami dengan
Menggunakan Metode Quantum Writing Pada Siswa Kelas IX SMP Muhammadiyah
6 Kabupaten Bandung”.
B.
Latar
Belakang Masalah
Latar belakang yang
mendorong penulis melakukan penelitian, didasarkan pada beberapa permasalahan.
Diantaranya, pertama, terkait peningkatan kompetensi siswa dalam proses
edukasi atau kegiatan belajar. Peningkatan kompetensi siswa adalah sesuatu yang
niscaya sebagai output dari proses pembelajaran. Seperti halnya yang
diungkapkan Nurgiyantoro (2008, hlm. 33) bahwa “Pembelajaran adalah suatu
proses belajar mengajar untuk meningkatkan kompetensi siswa”. Sehingga pembelajaran
merupakan serangkaian kegiatan yang dirancang untuk mempengaruhi proses belajar
dalam diri siswa.
Salah satu pembelajaran
di sekolah adalah pembelajaran bahasa dan sastra. Bahasa sebagai sebuah sistem
untuk menyampaikan pesan dalam kegiatan komunikasi dalam bentuk lisan dan tulis.
Sementara sastra merupakan bentuk bahasa yang mengandung estetika. Kedua hal
tersebut tidak hanya diperlukan pada saat mengenyam pendidikan
saja, melainkan lebih dari itu, sangat
penting dalam kehidupan bermasyarakat.
Terdapat empat
keterampilan dalam berbahasa. Mendengarkan adalah anugerah pertama dan utama
dari Tuhan yang diberikan kepada manusia saat dilahirkan. Kemudian berbicara,
membaca, dan menulis. Keterampilan menulis, diantara keterampilan berbahasa,
sangat diperlukan dalam menyerap informasi yang diungkapkan dalam bahasa tulis.
Karena menulis sudah menjadi kebutuhan pokok masyarakat saat ini, maka perlu
kiranya penanaman pembelajaran di sekolah mempertimbangkan aspek perkembangan
potensi dan kreativitas siswa dalam menulis. Inilah hal kedua yang
mendasari penelitian ini.
Keterampilan menulis
sangat diperlukan di sekolah dengan segala aneka macam keterampilan menulis.
Selain menulis novel, puisi, dan naskah drama, keterampilan menulis
cerpen, diantaranya merupakan bagian pengajaran dalam karya sastra di sekolah.
Dalam pembelajaran menulis cerpen siswa harus menuangkan ide-ide cerita serta
gagasan dalam bentuk tulisan. Dalam membuat cerpen, siswa juga harus
menggunakan bahasa yang baik dan benar, agar dapat menarik perhatian untuk
dibaca orang lain.
Latar belakang ketiga,
pembelajaran sastra di sekolah
masih menghadapi banyak tantangan. Diantaranya, masih banyak
siswa menyatakan kurang puasnya terhadap pembelajaran sastra. Padahal, jika
kita cermati mereka mempunyai banyak potensi yang
masih dapat dikembangkan yaitu, seperti menulis cerpen bertolak
dari peristiwa atau kejadian yang dialami siswa setiap hari. Akan
tetapi siswa masih kesulitan
dalam menulis cerpen, dikarenakan siswa dalam
mengeksplorasi pikiran dan
perasaan terdalam belum dituangkan sepenuhnya ke dalam tulisan.
Tantangan lainnya,
bahwa di zaman perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin berkembang
ini, dunia hiburan mudah diperoleh.
Sehingga dalam kehidupan sehari-hari kegiatan menulis cerpen sangat jarang di
lakukan siswa. Mereka beranggapan menulis cerpen merupakan suatu kegiatan yang
sangat membosankan. Dalam hal ini disebabkan kurangnya kemauan siswa dalam
menulis cerpen. Serta dapat juga disebabkan cara guru dalam mengajar kurang
tepat menggunakan metode pembelajaran, serta bisa juga kurangnya ide-ide cerita
yang ada di dalam diri siswa.
Keempat, pada umumnya guru dalam menilai kompetensi siswa
lebih mengutamakan hasil belajar dan meninggalkan aspek yang justru lebih
penting, yakni proses. Sebuah pendekatan Konstruktivisme yang lebih menekankan
pada penggunaan teknik atau metode dalam memperoleh hasil belajar secara
optimal. Salah satu cara untuk memperbaiki hal itu adalah dengan melakukan
perbaikan pada proses pembelajarannya. Salah satu diantara sekian banyak
pembelajaran adalah metode Quantum Writing dalam pembelajaran
cerpen. Metode Quantum Writing dapat membantu siswa dalam membuat cerpen
bertolak dari peristiwa atau kejadian yang dialami siswa setiap hari.
Model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang
tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru di kelas.
Dalam model pembelajaran terdapat strategi
pencapaian kompetensi peserta
didik dengan pendekatan, metode, dan
teknik pembelajaran.
Kelima,
proses pembelajaran pada satuan pendidikan hendaknya
diselenggarakan secara interaktif, inspiratif ,
menyenangkan, menantang. Selain itu, pembelajaran harus
dapat memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif
serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian
sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta
didik.
Berdasarkan
permasalahan pembelajaran menulis cerpen tersebut, penulis ingin mencoba
menggunakan metode Quantum Writing, yang diharapkan dapat mengatasi
kesulitan siswa dalam pembelajaran menulis cerpen. Pembelajaran Quantum
Writing, seperti yang diungkapkan Hernowo (2003, hlm. 10) adalah “Konsep
belajar cara cepat untuk merangsang munculnya potensi menulis, yaitu melalui
metode menulis yang disajikan secara individual dengan bantuan objek atau
gambar untuk menuangkan ide-ide atau gagasan dalam bentuk tulisan”.
C.
Rumusan
Masalah
Rumusan masalah
merupakan spesifikasi atau penajaman uraian pendahuluan terhadap masalah yang
akan diteliti. Dari latar belakang dan permasalahan penelitian di atas, penulis
merumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana
aktivitas siswa dan guru dalam pembelajaran Menulis Cerita Pendek Bertolak dari Peristiwa yang Pernah Dialami dengan
Menggunakan Metode Quantum Writing?
2. Bagaimana
hasil pembelajaran Menulis Cerita
Pendek Bertolak
dari Peristiwa yang Pernah Dialami sebelum
dan sesudah Menggunakan Metode Quantum Writing?
3. Bagaimana
respon siswa kelas Kelas IX SMP Muhammadiyah 6 Kabupaten Bandung
dalam Menulis Cerita
Pendek Bertolak
dari Peristiwa yang Pernah Dialami dengan
menggunakan Metode Quantum Writing?
D.
Tujuan
Penelitian
Tujuan
penelitian yang hendak dicapai penulis adalah:
1. Untuk
mendeskripsikan aktivitas siswa dan guru dalam pembelajaran Menulis Cerita Pendek Bertolak dari Peristiwa yang Pernah Dialami dengan
Menggunakan Metode Quantum Writing.
2. Untuk
mengetahui hasil pembelajaran Menulis Cerita Pendek Bertolak dari Peristiwa yang Pernah Dialami sebelum
dan sesudah menggunakan Metode Quantum Writing.
3. Untuk
mendeskripsikan respon siswa kelas IX SMP Muhammadiyah 6 Kabupaten
Bandung dalam pembelajaran Menulis Cerita Pendek Bertolak dari Peristiwa yang Pernah Dialami dengan menggunakan
Metode Quantum
Writing.
E.
Manfaat
Penelitian
Selain memilikii
tujuan, penelitian ini juga mempunyai manfaat diantaranya:
1. Manfaat
Praktis
a. Bagi
peneniti
Diharapkan memberi manfaat
sebagai berikut :
i.
Menambah pengalaman dalam melakukan penelitian tentang
pembelajaran menulis cerpen.
ii.
Menambah pengetahuan dan kemampuan tentang cara
menulis cerpen melalui teknik Quantum Writing .
b. Manfaat Bagi Siswa
Diharapkan memberikan manfaat
sebagai berikut :
i.
Menambah penegetahuan dan kemampuan tentang cara
menulis cerpen.
ii.
Memperbaiki kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi
dalam kaitanya dengan keterampilan menulis cerpen.
c. Bagi Guru
Diharapkan memberi manfaat
sebagai berikut :
i.
Dapat menerapkan teori yang benar tentang cara
pembelajaran bahasa berkaitan dengan karya seni, khususnya menulis cerpen.
ii.
Mengukur sejauh mana keberhasilan proses belajar
mengajar, khususnya dalam aspek keterampilan cara menulis cerpen.
2. Manfaat
Teoritis
Perkembangan
IPTEK sangat didukung oleh perkembangan pendidikan dan komunikasi. Keterampilan
menulis yang merupakan salah satu unsur penting pendidikan dan bagian dari
sarana komunikassi sangat berperan dalam perkembangan IPTEK. Setiap penemuan
dan hasil penelitian dapat disampaikan dan dikomunikasikan kepada masyarakat
luas melalui tulisan.
F.
Anggapan
Dasar
Anggapan dasar adalah
titiik tolak pemikiran yanng dapat diterima oleh penulis. Dalam penelitian ini
penulis merumuskan anggapan dasar sebagai berikut:
1. Pembelajaran
menulis Pembelajaran Menulis Cerita Pendek Bertolak dari Peristiwa yang Pernah Dialami merupakan
salah satu materi pelajaran yang terdapat dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) di level Sekolah Menengah Pertama kelas IX mata pelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia yang harus dipelajari siswa di semester ganjil.
2. Keterampilan
menulis perlu dipelajari siswa sebagai bekal belajar mereka untuk semua bidang
studi.
3. Guru
harus memiliki strategi belajar mengajar agar siswa dapat belajar secara
efektif dan efisien. Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu adalah
menguasai metode mengajar.
G.
Hipotesis
Dugaan
sementara/hipotesa terhadap permasalahan penelitian, dan berdasarkan beberapa pengertian
di atas, peneliti merumuskan hipotesis ini sebagai berikut:
1. Metode
Quantum Writing Efektif digunakan dalam pembelajaran Menulis Cerita Pendek Bertolak dari Peristiwa yang Pernah Dialami
Siswa pada siswa Kelas IX SMP Muhammadiyah 6 Kabupaten Bandung.
2. Metode
Quantum Writing dapat meningkatkan kemampuan siswa
Kelas IX SMP
Muhammadiyah 6 Kabupaten Bandung dala menulis Cerita Pendek Bertolak dari Peristiwa yang Pernah Dialami.
H.
Definisi
Operasional
Untuk memudahkan
pemahaman terhadap judul proposal ini perlu kiranya, penulis menjabarkan
rumusan operasional tentang istilah-istilah yang penulis gunakan alam
penelitian.
1. Pembelajaran
Pembelajaran
adalah suatu proses belajar mengajar untuk meningkatkan kompetensi siswa
(Nurgiyantoro, 2000: hlm. 33)
2. Menulis
Menurut KBBI (2016:V 0.1.5) menulis adalah membuat huruf (angka dan
sebagainya) penggunaan pena: melahirkan pikiran dan perasaan (seperti
mengarang, membuat surat) dengan tulisan, mengarang. Di majalah: mengarang
roman (cerita, membuat surat).
Menurut
Syamsudin (1994: hlm. 1) menyatakan bahwa menulis berarti menyusun secara
cermat buah pikiran ke dalam bentuk tulisan yang beruntun dan secara teratur
tentang suatu masalah.
3. Cerita
Pendek (Cerpen)
Menurut KBBI (2016:V 0.1.5) cerita pendek (cerpen) adalah kisahan pendek (kurang
dr 10.000 kata) yang memberikan kesan tunggal yang dominan dan memusatkan diri
pada satu tokoh dalam satu situasi (pd suatu ketika).
4. Metode
Quantum Writing
Metode
Quantum Writing/Learning adalah sebuah metode pendekatan belajar yang
mengutamakan percepatan belajar dengan cara partisipatori peserta didik dalam
melihat potensi diri dalam kondisi penguasaan diri. (DePorter, 2002).
Berdasarkan
uraian di atas Pembelajaran Menulis Cerita Pendek Bertolak dari Peristiwa yang Pernah Dialami
dengan
menggunakan metode Quantum Writing
merupakan suatu kegiatan atau proses belajar mengajar yang dapat mengatasi
kesulitan siswa dalam pembelajaran menulis cerpen. Sebuah konsep belajar yang
mudah merangsang munculnya potensi menulis melalui metode menulis yang
disajikan secara individual dengan bantuan objek, gambar, atau iringan musik
untuk menuangkan ide-ide atau gagasan dalam bentuk tulisan
I.
Landasan
Teori
1. Pengertian
Menulis
Menulis
merupakan bagian terpenting dalam proses belajar berbahasa. Dengan menulis
seseorang dapat mengungkapkan pikiran dan gagasan untuk mencapai maksud dan
tujuan. Aktivitas menulis merupakan suatu bentuk manifestasi kemampuan dan
keterampilan menyimak, berbicara dan menulis.
Menurut KBBI (2016:V 0.1.5)
menulis adalah membuat huruf (angka dan sebagainya)
penggunaan pena: melahirkan pikiran dan perasaan (seperti mengarang, membuat
surat) dengan tulisan, mengarang. Di majalah: mengarang roman (cerita, membuat
surat).
Menurut Syamsudin (2011:
hlm. 1) menyatakan bahwa menulis berarti menyusun secara cermat buah pikiran ke
dalam bentuk tulisan yang beruntun dan secara teratur tentang suatu masalah.
Menurut Akhadiah (2003:
hlm. 1-2) dengan menulis kita dapat lebih mengenli kemampuan potensi diri kita
dalam mengembangkan berbagai gagasan daan bisa lebih banyak menyerap, mencari,
serta menguasai informasi sehubungan dengan topik yang
kita tulis, dengan demikian kegiatan menulis memperluas wawasan baik secara
teoritis maupun mengenai fakta-fakta yang berhubungan. Menulis juga berarti
mengorganisasikan gagasan secsra sistematik serta mengungkapkannya secara
tersurat untuk menilai gagasan kita sendiri secara lebih objektif dalam konteks
yang lebih konkret, seperti halnya juga sebuah karangan.
2. Pengertian
Cerpen
Menurut KBBI (2016:V 0.1.5) cerita pendek (cerpen) adalah kisahan pendek (kurang
dr 10.000 kata) yang memberikan kesan tunggal yang dominan dan memusatkan diri
pada satu tokoh dalam satu situasi (pd suatu ketika). Sedangkan dalam
Ensiklopedia Sastra Indonesia (2004, hlm. 158) diungkapkan bahwa “cerpen adalah
cerita rekaan yang memusatkan diri pada satu tokoh dalam satu situasi pada
suatu saat, hingga memberikan kesan tunggal terhadap pertikaian yang
mendasari cerita tersebut”.
Cerpen sebagai karya cerita rekaan (fiksi), Mursal
Esten (1978, hlm. 11) menjelaskan,
Cerita-rekaan (fiksi ) sering
dibedakan atas tiga macam bentuk yakni: cerita pendek (cerpen), novel,
dan roman. Akan tetapi di dalam kesusastraan Amerika umpamanya hanya dikenal istilah:
cerpen (shot story) dan novel. Istilah roman tidak ada. Perbedaan antara ketiga
bentuk cerita rekaan itu tidaklah hanya pada panjang pendeknya cerita tersebut.
Atau pada jumlah kata-katanya. Ada ukuran lain yang membedakannya. Cerita
pendek (cerpen) merupakan pengungkapan suatu kesan yang hidup dari fragmen
kehidupan manusia. Daripadanya tidak duituntut terjadinya suatu perobahan nasib
dari pelaku-pelakunya. Hanya satu lintasan dari secercah kehidupan manusia,
yang terjadi pada suatu kesatuan waktu.
Senada dengan Esten, Nurgiyantoro dalam Teori
Penggkajian Fiksi (2002, hlm. 9) mengungkapkan bahwa “Novel (inggris: novel)
dan cerita pendek (disingkat: cerpen; Inggris: shot story) merupakan
karya sastra yang sekaligus disebut fiksi.”
Cerpen, sesuai dengan namanya, adalah cerita
pendek. Akan tetapi, berapa ukuran panjang pendek itu memang tidak ada
aturannya, tak ada kesepakatan di antara para pengarang dan para ahli. (Nurgiyantoro,
2002: 10). Edgar Allan Poe mengungkapkan bahwa “cerpen adalah sebuah cerita
yang selesai dibaca dalam sekali duduk, kira-kira berkisar antara setengah
sampai dua jam – suatu hal yang kiranya tak mungkin dilakukan untuk sebuah
novel.”
Umumnya
panjang cerpen berkisar 500-an kata. Walaupun ada cerpen yang ribuan kata (midle
shit story) bahkan puluhan ribu kata (long shit story). Panjang
pendeknya cerita pendek, seperti halnya novel, sebagai sebuah cerita rekaan
dibangun oleh unsur-unsur pembentuk: unsur intrinsik dan ekstrinsik.
J.
Metode
dan Teknik Penelitian
Metode penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen yang merupakan turunan
dari pendekatan kuantitatif. Metode ini memiliki ciri-ciri adanya uji coba pada dua
variabel dalam penelitian ini. Adapun kedua variabel tersebut adalah menulis Cerita
Pendek Bertolak dari Peristiwa yang dialami sebagai variabel terikat dan metode
Quantum Writing sebagai variabel bebas.
O1 x O2
|
Keterangan :
O1= Pretest
O2= Posttest
X= Formula/teknik yang digunakan.
Artinya membuat perbandingan antara
variabel terikat sebelum dan sesudah menggunakan variabel bebas sebagai
formulannya.
K.
Populasi
dan Sampel
Babbie (Sukardi, 2011,
hlm. 53) mengungkapkan bahwa “Populasi adalah elemen penelitian yang hidup dan
tinggal bersama-sama dan secara teoretis menjadi target hasil penelitian.” Pada
prinsipnya, populasi adalah keseluruhan objek/subjek yang diteliti, sementara
sampel adalah sebagian dari populasi yang bersifat refresentatif (mewakili).
Dalam penelitian ini populasi yang diteliti adalah siswa kelas IX yang
berjumlah 83 orang. Jumlah tersebut terbagi dalam dua rombel: IXa dan IXb. Sebagai
Sampel, sebanyak 43 (50%) orang atau satu rombel, yakni kelas IXa yang dianggap
refresentatif untuk mewakili populasi yang diteliti.
L.
Prosedur
Penelitian
Prosedur penelitian
adalah langkah-langkah yang dilakukan dalam melakukan penelitian. Penelitian
ini menggunakan metode eksperimental yang menurut Sukardi (2011, hlm. 182),
penelitian eksperimen ini biasanya melalui langkah-langkah sebagai berikut:
1. Melakukan
kajian secara induktif yang berkait erat dengan permasalahan yang hendak
dipecahkan.
2. Mengidentifikasi
dan mendefinisikan masalah
3. Melakukan
studi literatur dari berbagai sumber yang relevan, memformulasikan hipotesis
penelitian, menentukan variabel, dan merumuskan definisi operasional dan
definisi istilah.
4. Membuat
rencana penelitian yang didalamnya mencakup kegiatan:
a. Mengidentifikasi
variabel
b. Memilih
rancangan penelitian yang tepat
c. Menentukan
populasi, memilih sampel (contoh) yang mewakili serta memilih sejumlah subjek
penelitian
d. Membuat
instrumen, memvalidasi instrumen, dan melakukan studi pendahuluan agar
diperoleh instrumen yang memenuhi persyaratan untuk mengambil data yang
diperlukan
e. Mengidentifikasi
prosedur pengumpulan data, dan menentukan hipotesis.
5. Melaksanakan
eksperimen
6. Mengumpulkan
data kasar dari proses eksperimen
7. Mengorganisasikan
dan mendeskripsikan data sesuai dengan variabel yang telah ditentukan
8. Melakukan
nalisis data dengan teknik statistika yang relevan.
9. Membuat laporan penelitian eksperimen.
M.
Instrumen Penelitian
Instrumen adalah alat, sarana, atau media. Dalam KBBI instrumen adalah sarana
penelitian (berupa seperangkat tes dsb) untuk mengumpulkan data sebagai bahan
pengolahan. Secara fungsional menurut Sukardi (2011, hlm. 74) bahwa “Kegunaan
instumen penelitian adalah untuk
memperoleh data yang diperlukan ketika peneliti sudah menginjak pada langkah
pengumpulan informasi di lapangan.”
Berdasarkan
pernyataan di atas, instrumen penelitian adalah alat yang sangat penting dalam
mengumpulkan data suatu penelitian. Pemilihan instrumen juga harus
dipertimbangkan apakah sesuai atau tidak dengan penelitian yang sedang
dilakukan. Hal itu dilakukan agar tidak menyesatkan peneliti. Data yang
dihasilkan dari instrumen penelitian harus menghasilkan data yang empiris. Instrumen
yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. RPP
(Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) KTSP mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas IX
semester ganjil SMP Muhammadiyah 6 Kabupaten Bandung.
2. Soal
dan pedoman penilaian.
3. Lembar
observasi.
4. Lembar
angket.
N.
Teknik Pengolahan Data
Pengolahan
data kuantitatif melalui tahapan-tahapan berikut:
1. Pengelompokan
data (data pretest dan data posttest) meliputi:
a. Data
terendah dan tertinggi
b. Menentukan
mean, median, dan modus
c. Menghitung
standar deviasi
d. Menghitung
presentase
2. Proses
tabulasi data. Tabulasi data merupakan proses pengolahan data yang dilakukan
dengan cara memasukkan data ke dalam tabel. Atau dapat dikatakan bahwa tabulasi
data adalah penyajian data dalam bentuk tabel atau daftar untuk memudahkan
dalam pengamatan dan evaluasi. Hasil tabulasi data ini dapat menjadi gambaran
tentang hasil penelitian, karena data-data yang diperoleh dari lapangan sudah
tersusun dan terangkum dalam tabel-tabel yang mudah dipahami maknanya.
Selanjutnya peneliti bertugas untuk memberi penjelasan atau keterangan dengan
menggunakan kalimat atas data-data yang telah diperoleh.
3. Perhitungan
statistik
O. Jadwal Penelitian
No.
|
Kegiatan
|
Bulan
|
|||||
Juni
|
Juli
|
Agust
|
Sept
|
Okt
|
Nov
|
||
1.
|
Penyusunan proposal
|
Ö
|
|
|
|
|
|
2.
|
Seminar proposal
|
Ö
|
|
|
|
|
|
3.
|
Penyusunan instrumen
|
|
Ö
|
|
|
|
|
4.
|
Pengumpulan data
|
|
|
Ö
|
|
|
|
5.
|
Pengolahan data dan penarikan simpulan
|
|
|
|
Ö
|
Ö
|
|
6.
|
Pembuatan laporan
|
|
|
|
Ö
|
Ö
|
Ö
|
P. Daftar Pustaka
BP2B Kemdibud RI. (2016). Kamus Besar Bahasa Indonesia (V
0.1.5)[Online]. Tersedia di http://kbbi.kemdikbud.go.id.
Chaer, A. (2003). Linguistik umum. Jakarta: Rineka Cipta.
DePorter, B. & Hernacki, M. (2002). Quantum
Learning. Bandung: Kaifa.
Djojosuroto, K. & Sumaryati, M.L.A. (2004). Prinsip-prinsip
Dasar dalam Penelitian Bahasa dan Sastra. Bandung: Nuansa
Dewan Redaksi. (2004). Ensiklopedia
Sastra Indonesia.. Bandung: Titian Ilmu
Esten, M. (1976). Kesusastraan: Pengantar Teori & Sejarah. Bandung: Angkasa.
Hernowo. (2002a). Mengikat Makna: Kiat-kiat untuk
Melejitkan Kemauan Plus Kemampuan Membaca dan Menulis Buku. Bandung: Kaifa.
Hernowo. (2003b). Quantum wiriting. Bandung
: MLC
Mulyasa, E. (2010). Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan: Suatu Panduan Praktis. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
Nurgiyantoro, B. (2002). Teori Pengkajian Fiksi.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Sukardi. (2011). Metodologi Penelitian
Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Sukmara, D. 2007. Implementasi Life Skill dalam
KTSP. Bandung: CV. Mughni Sejahtera
Suryadi, M. & Mabroer, A. (2007). Mari
Menulis. Bandung: PT Pribumi Mekar.
Suyatno. (2010). Teknik Pembelajaran Bahasa Dan
Sastra. Surabaya: Penerbit SIC.
Thahar, H. E. (1999). Kiat Menulis Cerita Pendek:
Teori dan Aplikasi. Bandung: Angkasa.
LEMBAR
PENGESAHAN
PEMBELAJARAN
MENULIS CERITA PENDEK
BERTOLAK DARI PERISTIWA YANG PERNAH DIALAMI DENGAN
MENGGUNAKAN METODE QUANTUM WRITING
PADA SISWA
KELAS IX SMP MUHAMMADIYAH 6
KABUPATEN
BANDUNG
TAHUN
PELAJARAN 2017/2018
oleh
Ridwan Taufiq
NIM 16210097
disetujui
Penguji 1
Dr. Hj. Ika
Mustika, M.Pd.
NIP.
196803041992032002
|
|
Penguji 2
R. Mekar
Ismayani, M.Pd.
NIDN: 0429068202
|
Komentar
Posting Komentar